
Jenderal yang mengawasi angkatan bersenjata Amerika Serikat di Asia baru-baru ini mengungkapkan bahwa sistem pertahanan rudal Patriot telah dipindahkan dari kawasan Indo-Pasifik ke Timur Tengah.
Dalam laporan Al-Arabiya pada Sabtu (12/4/2025), Laksamana Sam Paparo, Kepala Komando Indo-Pasifik (INDOPACOM), menyampaikan kepada anggota parlemen bahwa untuk memindahkan satu unit rudal Patriot, dibutuhkan 73 pesawat kargo C-17.
Pemindahan sistem pertahanan ini dilakukan sebagai respons terhadap peningkatan kekuatan militer yang diperintahkan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump, di tengah ancaman Presiden AS tersebut untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Selain itu, langkah ini sejalan dengan aksi militer AS yang terus melancarkan serangan harian terhadap target-target kelompok pemberontak Houthi di Yaman.
Aset pertahanan udara lainnya yang baru-baru ini dikerahkan oleh AS adalah sistem persenjataan canggih Terminal High Altitude Air Defense (THAAD), yang dilaporkan telah ditempatkan di Israel.
Sementara itu, pada Kamis (11/4) waktu setempat, militer AS mengumumkan bahwa kapal induk kedua, USS Carl Vinson, telah tiba di Timur Tengah. Kapal induk ini kini beroperasi bersamaan dengan kapal induk USS Harry S. Truman, yang telah berada di wilayah tersebut sejak Desember lalu, dilengkapi dengan sayap udara jet tempur F-35C.
Kampanye pengeboman terhadap Houthi mengalami lonjakan signifikan pada 15 Maret, setelah Presiden Trump menginstruksikan penerapan pendekatan yang lebih agresif untuk menekan kelompok militan tersebut agar menghentikan serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Sejak kampanye serangan dimulai bulan lalu, militer AS dilaporkan telah menyerang lebih dari 100 target Houthi di Yaman, menurut pernyataan seorang pejabat pertahanan AS kepada Al Arabiya English minggu ini. Selain itu, Kepala Pentagon, Pete Hegseth, baru-baru ini mengarahkan pengiriman skuadron tambahan serta aset pertahanan udara ke kawasan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk menunjukkan kekuatan yang lebih besar.